Keragaman Keong Darat di Hutan Suksesi di Gunung Galunggung dan Hutan Tua di Gunung Sawal, Jawa Barat

Heryanto Heryanto
| Abstract views: 1005 | PDF views: 950

Abstract

Gunung Sawal di Ciamis dan Gunung Galunggung di Tasikmalaya pada tahun 2012 dan 2013 telah disurvey untuk keragaman keong daratnya. Survey dilakukan menggunakan metode sampling purposive. Data keong darat di kedua gunung tersebut kemudian dibandingkan satu sama lain untuk melihat perbedaannya. Penelitian ini mendapati bahwa di Gunung Galunggung ditemukan 19 spesies dari 5 famili keong darat sementara di Gunung Sawal ditemukan 36 spesies dari 9 famili. Jumlah spesies yang ditemukan bergantung pada jumlah mikrohabitat yang dapat ditempati keong darat. Semakin banyak tipe mikrohabitat di suatu tempat, terutama di hutan yang telah relatif stabil, maka akan semakin banyak pula spesies keong yang hidup disitu. Di hutan yang suksesinya belum selesai seperti di hutan Gunung Galunggung, jumlah mikrohabitat relatif sedikit sehingga semakin sedikit pula jumlah spesies keong darat. Berlawanan dengan itu, kepadatan individu di hutan yang masih suksesi lebih tinggi daripada jumlah keong di hutan yang telah stabil. Persaingan antara spesies lebih kecil di hutan suksesi walaupun persaingan antar individu besar.

Keywords

mikrohabitat, serasah, kepadatan, DAS

Full Text:

PDF

References

Barrientos, Z. (2000). Population dynamics and spatial distribution of the terrestri-al snail Ovachlamys fulgens (Stylommatophora: Helicarionidae) in a tropical environment Revista de Bio-

logia Tropical, 48(1): 71-87.

Baur, B. & Baur, A. (2006). Habitat-related dispersal in the rock-dwelling land snail Chondrinaclienta Ecography, 18(2), 123-130.

Benthem-Jutting, W. S. S. (1956). Systematic studies on the non-marine mollusca of the Indo-Australian archipelago 5. Critical revision of the Javanese freshwater gastropods Treubia, 23(2), 259–477.

Bonham, K. J., Mesibov, R. & Bashford, R. (2002). Diversity and abundance of some ground-dwelling invertebrate in plantation vs. native forests in Tasma-nia, Australia Forest Ecology and Management, 158, 237-247.

Cook, A. (2001). Behavioural ecology: on doing the right thing, in the right place at the right time. Dalam G.M. Barker (Editor), The biology of terrestrial molluscs (hal. 447-487). Wallingford: CAB International.

Heryanto (2011). Landsnails of Java, a field guide. Jakarta: LIPI Press.

Heryanto (2012). Keanekaragaman keong darat di dua macam habitat makro di Gunung Slamet Jawa Tengah. Dalam I. Maryanto, M. Noerdjito & T. Partomihardjo (Editor), Ekologi Gunung Slamet, geologi, klimatologi, biodiversitas dan dinamika sosial (hal. 193-201). Bogor: Puslit Biologi - LIPI.

Hotopp, K. & Pearce T. (2014). Land snail ecology: predators and defences.

Zoo Indonesia 2017 26(2): 59-69

Keragaman Keong Darat di Hutan Suksesi di Gunung Galunggung dan Hutan Tua Gunung Sawal, Jawa Barat

[Online] Diambil dari http://www.carnegiemnh.org/science/mollusks/predators.html [3 Januari 2017].

Locasciulli, 0. & Boag, D. A. (1987) Microdistribution of terrestrial snails (Stylommatophora) in forest litter The Canadian Field-Naturalist, 101: 76-81.

Martin, K., & Sommer, M. (2004). Relationships between land snail ~ Assemblage patterns and soil properties in temperate-humid forest ecosystems Journal of Biogeography, 31: 531-545.

Nurinsiyah, A. S, Fauzia H., Hennig, C & Hausdorf, B. (2016). Native and introduced land snail species as ecological indicators in different land use types in Java. Ecological Indicators 70: 557–565.

Ristiana, A. (2015). 6 pelajaran berharga saat tersesat di Gunung Sawal [Online]. Diambil dari http://phinemo.com/6-pelajaran-berharga-saat-tersesat-di-gunung-sawal/ [6 Februari 2016].

Sadili, A. (2012, 30 Oktober). Kajian awal keanekaragaman jenis tumbuhan di sekitar hutan Cihaurbeuti, Suaka Marga Satwa Gunung Syawal, Ciamis, Jawa Barat. Artikel dipresentasikan pada Seminar nasional peran biologi dan pendidikan biologi dalam pengembangan karakter konservasi,

Semarang.

Speiser, B.(2001). Food and feeding behavior. Dalam G.M. Barker (Editor), The biology of terrestrial molluscs (hal. 259-288). Wallingford: CAB International

Staiku, A. E. (1999). Shell temperature, activity and resistance to desiccation in the polymorphic land snail Cepaea vindobonensis Journal Molluscan Studies, 66: 171-184.

Susanto, A. (2002). Suksesi vegetasi jenis pohon dan tumbuhan bawah pasca letusan Gunung Galunggung. (S1), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tattersfield, P., Seddon, M. B. & Lange, C. N. (2001). Land-snail faunas in indigenous rainforest and commercial forestry plantations in Kakamega Forest, Western Kenya Biodiversity and Conservation, 10(11), 1809–1829.

Welter-Schultes, F. W. & Williams, M. R. (1999). History, island area and habitat availability determine land snail species richness of Aegean islands Journal of Biogeography, 26(2), 239-249.

Zuhri, M., Wiriadinata, H., Astuti, R.S., Hadiwaluyo, S. & Syamsudin. (2016). Botanical exploration and crater vegetation survey of Mt. Galunggung, West Java The Journal of Tropical Life Science, 6(2), 69–78.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.