PREFERENSI UMPAN TIKUS DALAM UPAYA PENGENDALIAN VEKTOR DI BANDAR UDARA RADIN INTEN II LAMPUNG

Kartika Dwi Wulandari, Endah Setyaningrum, Nuning Nurcahyani, Emantis Rosa
| Abstract views: 198 | PDF (Bahasa Indonesia) views: 419

Abstract

Padatnya aktivitas yang terdapat di Bandar Udara Radin Inten II Lampung berpengaruh pada kebersihan lingkungan. Salah satu hewan yang berpotensi sebagai penular penyakit adalah tikus. Tikus merupakan vektor penyakit leptospirosis, pes, dan murine typhus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang paling disukai tikus, spesies yang tertangkap dan indeks kepadatan tikus di Bandar Udara Radin Inten II Lampung. Pada penelitian ini, menggunakan 4 jenis umpan berbeda yaitu ikan asin, keju, roti oles margarin dan kelapa bakar. Keempat umpan tersebut diletakkan di 3 lokasi di Bandar Udara Radin Inten II Lampung yang menunjukkan tanda-tanda keberadaan tikus yaitu area gedung parkir, area gedung VVIP dan area gedung hygiene. Data penelitian ini dianalisis menggunakan two-way ANOVA dan dilakukan uji lanjutan berupa post hoc Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umpan yang paling disukai tikus di Bandar Udara Radin Inten II Lampung yaitu umpan roti oles margarin (0,89). Spesies tikus yang berhasil teridentifikasi adalah Rattus tanezumi. Indeks kepadatan tikus di Bandar Udara Radin Inten II Lampung termasuk ke dalam kategori rendah (0,33).

Keywords

Bandar Udara Radin Inten II Lampung, tikus, umpan tikus, vektor penyakit

References

Dedi, Sarbino, & Hendarti, L. (2012). Uji preferensi beberapa jenis bahan untuk dijadikan umpan tikus sawah. Jurnal Sains Pertanian Equator, 2(2).

Depkes RI. (2007). Sejarah Ke Pemberantasan Penyakit di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal PP & PL.

Husein, A. A. A., Solikhin, & Wibowo, L. (2017). Kajian jenis dan populasi tikus di perkebunan nanas PT Great Giant Food Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Jurnal Agrotek Tropika, 5(2), 88–95.

Ivakdalam, L. M. (2014). Uji keefektifan enam jenis perangkap dalam pengendalian tikus sawah (Rattus argentiventer). Jurnal Agribisnis Kepulauan, 2(2), 38–46.

Junianto, S. D. & Siwiendrayanti, A. (2015). Perbandingan jumlah tikus yang tertangkap antara perangkap dengan umpan kelapa bakar, ikan teri dengan perangkap tanpa menggunakan umpan (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Pandanaran Kota Semarang). Universitas Negeri Semarang. Journal of Public Health, 5(1), 67–74.

Komariah, Pratita, S., & Malaka, T. (2010). Pengendalian vektor. Jurnal Kesehatan Bina Husada, 6 (1).

Maryanto, I., Kartono, P. A., & Sinaga H. M. (2000). Tikus pada tipe habitat yang berbeda. Berita Biologi, 5(1).

Melhanah, Warismun & Giyanto. (2012). Analisis serangan tikus pada tanaman padi selama musim kemarau dan musim hujan di Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmiah Agripeat, 12(1), 65–78.

Muntu, R., Khaer, A., & Ammar, M. (2020). Kemampuan perangkap tikus dengan variasi umpan dalan pengendalian tikus di wilayah Pelabuhan Paptere Kota Makassar. Jurnal Sulolipu, 20(2).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50. (2017). Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa penyakit serta

pengendalian-nya. Jakarta.

Priyambodo, S. (2003). Pengendalian hama tikus terpadu.Jakarta: Penebar Swadaya.

Priyambodo, S. (2009). Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Ed ke-4. Penebar Swadaya: Jakarta.

Putra, B. A. (2023). Keanekaragaman jenis mamalia kecil pada lahan agroforestri di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Batutegi, Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung, Lampung

Rahayu, M., Pakki, T., & Sukmawati, T. (2014). Preferensi dan Kemampuan Makan Tikus Rumah (Rattus–rattus diardii) pada Beberapa Varietas Beras (Oryza sativa L.) di Penyimpanan. Jurnal Agroteknos. 4(1) : 66 70.

Ristiyanto, Mulyono, A., Joharina, S. A., Handayani, D. F., Pradipta, A., & Kinansih, R, R. (2020). Korelasi densitas relatif tikus, pinjal, dan curah hujan terhadap kasua pes di daerah enzootik pes Taman Nasional Gunung Bromo Tengger, Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal Biologi Indonesia, 16(2), 217–225.

Sari, D. M., Setyaningrum, E., Rosa, E., & Sutyarso. (2020). Identifikasi Ektoparasit pada tikus (Rattus sp.) sebagai vektor penyakit pes di areal Pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung. Jurnal Medika Malahayati, 4(2).

Sepe, M. & Suhardi, S. (2021). Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer) dengan sistem bubu perangkap dan perangkap bambu pada 3 zona habitat tikus di Kabupaten Pinrang Kota Makassar. Agrovital: Jurnal Ilmu Pertanian, 6(1), 38–42.

Singleton, G. R., Belmain, S. R. & Brow, P. R. (2010). Rodent outbreaks: an age issue with a modern. In Singleton, G. R., Belmain, S. R., Brown, P. R. & Hardy, B.(Editor), Rodent outbreaks:

ecology and impacts. Los Banos: International Rice Research Institute.

Siswandeni. B. (2020). Perbedaan umpan kelapa bakar dan ikan asin bulu ayam dalam penangkapan tikus. Jurnal Penelitian Kesehatan (JPK), 18(2), 8–11.

Sub Direktorat Zoonosis, (2008). Pedoman penanggulangan pes di Indonesia. Jakarta: Ditjen PP dan PL.

Suripto, A. B., & Seno, A. (2002). Jenis-jenis tikus (Rodentia: Muridae) dan pakan alaminya di daerah pertanian sekitar hutan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 8(1), 63–74.

Suyanto, A. & Semiadi, G. (2004). Keragaman mamalia di sekitar daerah penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak. Berita Biologi, 7(1), 87–94.

Suyanto, A. 2006. LIPI-Seri panduan lapangan Rodent di Jawa. Bogor: Puslit Biologi-LIPI.

Yuliadi B, Muhidin, & Indriyani S. (2016). Tikus Jawa: teknik survei di bidang kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI


Refbacks

  • There are currently no refbacks.