POTENSI FAUNA BURUNG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BIRDWATCHING DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI, SUAKA MARGASATWA SERMO DAN SEKITARNYA (YOGYAKARTA)

Hidayat Ashari, Eko Sulistyadi, Wahyu Widodo
| Abstract views: 1382 | PDF (Bahasa Indonesia) views: 1590

Abstract

Sebagai obyek rekreasi sambil melakukan kegiatan “birdwatching” kurang begitu berkembang di Indonesia. Target penelitian adalah mengetahui potensi burung sebagai obyek “birdwatching” di hutan Taman Nasional Gunung Merapi dan Suaka Margasatwa Sermo dan di beberapa obyek wisata Kulonprogo lainnya. Penelitian dilakukan mulai dari 25 April 2018 hingga 6 Mei 2018. Metode pengamatan burung dengan cara “IPA”. Total 82 spesies burung dijumpai di semua stasiun penelitian. Sebanyak 69 spesies burung dijumpai di kawasan TNG Merapi dan 49 spesies di wilayah Kulon Progo. Nilai keanekaragaman spesies burung-burung [H′] di TN G Merapi dan SM Sermo dan sekitarnya termasuk tinggi (>3), yaitu = 3,45 dan 3,39, masing-masing. Tingkat kemiripan spesies burung-burung di TN Gunung Merapi dan SM Sermo adalah tinggi, nilai IS=87,5%. Spesies burung yang banyak dijumpai di Bukit Plawangan adalah pada koordinat 70 35′ 18.1″ LS dan 1100 25′ 44.4″ BT, sedangkan di Bukit Turgo pada koordinat 70 35′ 8.9″ LS dan 1100 25′ 24.8″ BT. Burung-burung di Kabupaten Kulon Progo paling banyak ditemukan di hutan SM Sermo (19 spesies), kemudian 18 spesies di sekitar Grojogan Sewu dan 17 spesies di kawasan obyek wisata Gua Kiskendo. Berdasarkan penelitian direkomendasikan bahwa fauna burung di TN GUNUNG Merapi maupun SM Sermo dan sekitar berpotensi dijadikan sebagai obyek “birdwatching” di Propinsi Yogyakarta.

Keywords

birdwatching, burung, pariwisata, Suaka Margasatwa Sermo, Taman Nasional Gunung Merapi.

References

Anik. (2012). Statistik Pengunjung Taman Nasional Merapi. http://www.tngunungmerapi.org/infopengunjung/statistik-pengunjung. [Diakses 12 April 2018].

Anonimous. (2012). Kronologis Letusan Dahsyat Merapi. http://www.tngunungmerapi.org.kronologis-letusan-dasyat-merapi. [Diakses 3 Juni 2018].

Dunne, Pete. (2003) dalam Wikipedia (2018). Pete Dunne on Birdwatching. Boston:HoughtonMifflin.https://en.wikipedia.org/wiki/Birdwatching#The_history_of_birdwatching. [Diakses 6 Maret 2018].

Departemen Kehutanan. (2007). Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.

Gunawan, H., Heriyanto, N.M., Subiandono, E., Mas’ud, A.F. & Krisnawati, H. (2015). Invasi jenis eksotis pada areal terdegradasi pasca erupsi di Taman Nasional Gunung Merapi. Pros. Semnas. Masy. Biodiv. Indon. 1(5): 1027-1033.

Jreissati, J. (2015). Maximizing the value of birds for tourism. www.birdlife.org. [Diakses 20 Agustus 2018].

Kurnianto, AS., Alifianto, F., Prasetyo, HD. & Rahardi, B. (2013). Eksplorasi Beberapa Jalur Potensi Wisata Birdwatching di Bandealit, Taman Nasional Meru Betiri.

MacKinnon, JK. (1990). Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada Univ. Press., Yogyakarta.

Rombang, WM. & Rudyanto. (1999). Daerah Penting Bagi Burung di Jawa dan Bali. PKA/BirdLife International-Indonesia Programme, Bogor.

Setyaningrum, A. & Suripto, B.A. (2013). Composition of Bird Species in Plawangan, G. Merapi National Park. International Conference of Indonesia Forestry Reserachers 2nd INAFOR, 27-28 August 2013.

Suaskara, IBM., Ginantra, IK. & Dalem, AAGR. (2007). Keberadaan Burung Sebagai Atraksi Ekowisata Di Kawasan Bumi Perkemahan Cekik Taman Nasional Bali Barat. Bumi Lestari 7(2):159-164.

Taufiqurrahman, I., Yuda, I.P., Untung, M., Atmaja, E.D. & Budi, M.S. (2015). Daftar Burung Daerah Istimewa Yogyakarta. Kutilang, Yogyakarta.

Triastuti, I. (2015) Model Ekowisata: Dalam Perspektif Hukum Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Hukum Lingkungan). UIKA Press, Bogor.

Widhiono, I. (2017). Konservasi Keanekaragaman Hayati Hutan Petungkriyono Melalui Ekowisata. https://widhiono.wordpress.com. [Diakses 24 April 2017].


Refbacks

  • There are currently no refbacks.